Pages

1 comments

the one

wiiih...makin dewasa,,konsep 'the one' itu makin bikin merinding.
banyak pertanyaan yang tiba-tiba terselip dari kata simple ini
who is he that will be my 'the one'?
when i find him?
is he him?or him? or him? or...
can we have the happy ending like fairy tales said?

0 comments

i miss the old me

tau ga saya lagi apa?
saya lagi scroll down atas ke bawah di depan halaman blog usang ini.
disini loh saya mulai.
saya tak pernah tau sebelumnya kalau otak yang bertahun tahun dijejali angka ini bisa juga merangkai kata. dan malah lama-lama mencandu
hanya saja beberapa taun ini saya sembunyi, jari saya tak lagi lincah menulis disini. entah karena kotak status itu yang menjadi distraksi, entahlah..

dan saya mau pulang ah..mau balik lagi di sini. di halaman usang ini.
tak perlu lagi saya menghitung ada berapa follower saya atau ada berapa tamu yg berkunjung, saya memilih untuk tidak lagi peduli.
saya mengisi ini untuk investasi cerita saya 20 atau 30 tahun kemudian.
saya akan sangat merasa berhutang kalau tak pernah menorehkan sejarah untuk saya masa depan.

saya baca bukunya madre kemaren bukanya dewilestrai yang jelas jelas jadi kiblat saya sejak sma. disana dia berpesan:
menulis itu satu-satunya terapi

jadi saya mau mengkiblat itu juga. ini terapi saya.
disela tuga-tugas kuliah, tuntutan mencari rupiah, diantar debu jalan yg saya lewati tiap hari, diantara peluh keringat yang saya keluarkan tiap saat, diantara senyum pedih dan tangis haru itu..saya selipkan halaman ini. untuk saya sendiri. terapi.


selamat datang
kembali.

1 comments

kebergantungan dan lawan kata-nya.

ini konspirasi alam, diizinkan sore ini tersapu gerimis yang tak lelah bergemericik, diizinkanlah badan ini lunglai terpaksa hanya bisa mengulum sakit.
dan diizinkanlah senja ini hanya berteman sepi dan berisikan lirih.
tapi tak apa..
saya jadi bisa sedikit berpikir tentang "kebergantungan dan kebebasan"

menjadi manusia itu sulit,
pernah mereka mngeluarkan kalimat sakti berupa "hidup itu pilihan"
tapi jujur saja, tak pernah ada pilihan yang betul-betul bisa memuaskan mereka.
dua buah disi yang sering kali dilontarkan adalah "kalau saja..." dan "tetapi.."
itu lontaran lisan kecil yang menandakan sebuah kekufuran nikmat yang ungkin untuknya berarti besar.

dan satu lagi, kenapa mereka selalu berteriak tentang "keberisian" dan "kekosongan"
seakan mereka harus membeli sesuatu yang akan menutupi apa yang kosong, sesuatu di luar diri mereka, diperjualkan atas nama keterpasaan untuk mengisi.
padahal ruang kosong dan isi yang diharapkan memenuhi ruang itu terbuat dari bahan dasar serupa yaitu "hampa"
utopis.
keberisian itu utopis.
manusia tidak akan benar-benar menyentuh garis finish yang membuat dirinya menyatakan puas sejujur-jujurya dan berkata "hampa ini sudah tak ada lagi"
tidak pernah...

satu jalan yang mungkin bisa ditempuh adalah.
hentikan saja semua kebergantungan pada kehampaan itu. untuk apa.
melebur saja.
jangan biarkan berfikir bahwa ada sesuatu yang dapat mengisi sesuatu, jiwa ini kasihan, selalu digantungi harap untuk terpenuhi.
padahal konsep isi dan penuh saja masih terlalu buram

0 comments

papatah

...............................
(percakapan sebelumnya)
...............................

nya da memang kitu neng, mung rek curhat atawa ngeluh mah ka gusti alloh weh, nepi ka gogoakan ge bisa.
lamun ngeluh na ka jelema
mun ka jelema nu resep ka urang paling oge ngan ukur nyebatkeun "karunya"
mun ka jelema nu teu resepeun ka urang paling oge bisa mupuas.

.................................
(percakapan selanjutnya)
.................................



ini judulnya: dipapatahan ku bu siti
terima kasih bu



hmmm...totally agree with that!
stop all the whinning. spoiling.
just smile. whatsoever
keep your problem just between the two of you. you and Allah.


dan sejenak terketuk. betapa tidak bergunanya semua keluh itu.
dan pagi itu memang betulan sendu

2 comments

pensilnya betulan tumpul

saya memang sudah lupa kapan ejaan 'pensil-tumpul' tiba-tiba muncul, dan saya seolah terbius oleh kata-kata itu dan akhirnya halaman mungil ini saya namakan itu.

dan sayangnya, pensil ini sudah benar-benar tumpul
dengan rautan usang penuh karat
bahkan kini hanya berteman dengan rayap.

0 comments

tidak lagi buta

pagi ini tidak lagi buta teman.
walaupun masih tetap terkulai dalam mimipi, matamu terbelalak awas,
hatimu berbicara dan fikirmu hanyut pula dalam kumparan terang ini.

tidak bosankah hidup terang.
terlalu terang.
tak lama lagi matamu akan menutup sendu, terpejam dalam kebosanan akan terang
hatimu kehilangan apa-apa, bahkan hanya satu hela yang menandakan jeda.
fikirmu akan berhenti mengalir dan memilih berpijak saja walaupun arus tetap menerpa.

dan tetap. ini bukanlah sebuah retorika nasihat panjang.
hanya saja
sanggupkah saat pagi ini tidak lagi buta

3 comments

hilang

losing all the faith, all the tears and all the words as well.
niat nya ini akan menjadi tulisan panjang berisi semua kenangan yang akan menggiring siapapun dalam tangisan.
but i'm losing those all.

jadi cukup begini saja. tulisan panjang gagal tertuliskan. tangisan pun gagal tercurahkan.

0 comments

langkung

kalau ada sepotong kata dengan kadar ketulusan lebih tinggi dari 'terimakasih'
saya ucapkan itu di sini. subuh ini.
sambil kepala tertunduk memujamu dan tangan terbuka mengagungkannmu.
hidup adalah kado terindah yang kau sertakan saat menghembuskan roh dalam ragaku yang masih selayu embun.
setiap tapak kecilnya selalu mebuatku terpana, tuhan.
tak ada yang lebih membius dari hela nafas kami saat kelelahan.
tak ada yang lebih berirama dari degup jantung kami saat berlari mengejar mimpi.
tak pernah ada yang lebih menggetarkan hati selain tetesan air mata yang mengalir rela.

langkung luhur ti 'nuhun' yaa pangeran...

kalau saja ada sepenggal kata dengan muatan pasrah yang lebih mendalam dari 'maaf'
saya pinta itu di sini. di atas sajadah lusuh ini.
sambil mulut dan jiwa tak henti menyebut namamu dan hati yang tak lagi malu-malu.
cinta adalah bingkisan paling indah yang kau iringkan saat hadirnya tubuh berbalut rapuh.
kehadirannya tak pernah membuatku berhenti mencandu, tuhan.
sampai sempat-sempatnya aku berpaling darimu.
menggantikan sosokmu dengan sosok cinta semu yang berbentuk dan bertubuh.
menggeser cinta padamu dengan cinta pada ini dan itu.
padahal kau selalu menjadi tuannya cinta.
satu-satunya yang pantas disandingkan dengan cinta yang utuh.

langkung rela ti 'hampura yaaa gusti..

0 comments

ja.

Saya hanya berterimakasih pada kesesatan yang kau selalu lampirkan.
Dalam setiap lembaran detik yang tak sengaja mengiriskan waktu kita berdua.
Bahkan hanya secercah dunia maya tau seliweran gelombang provider handphone yang menjadi perantara.
Tapi sangat cukup membuat saya tertegun dalam liku mu. Semua kesesatanmu.
Dan besok apa lagi (?)
Saya hanya meminta tuhan tidak kapok membuat saya kelimpungan dalam kelokan jalan. bersamamu.
Tersesat bergandengan.
Dengan degupan jantung yang mengalirkan kecemasan yang serupa.
dan jalanan yang lagi-lagi tak sama.
sedikit berbisik akhirnya kita bertanya
"rumah kita sebenarnya dimana?"

0 comments

61 hari mati suri.

Tulisan-tulisanmu tidak akan pernah terbaca orang banyak.

Kalaupun iya, harus ada pertanyaan tambahan yang muncul disana. Apakah memang itu yang kamu harapkan? Mengarang sebuah cerita mendayu yang diselingi kejadian manis pengundang rona merah di pipi lalu menjualnya pada penerbit megah, mengabarkan pada kerabat dan saudara dan ‘memerintah’ mereka membeli secepatnya untuk selanjutnya menunggu ‘compliment’ berupa pujian dan ucapan ‘tulisan yang bagus sekali, gak nyangka bisa nulis’

Sekali lagi apakah itu yang diharapkan?
Kamu menjawab secepatnya walau tanpa suara, hatimu menggeleng. Selama ini tulisanmu hanya jejak perbincanganmu dengan cermin. Mereka hanya temanmu saat sendiri di rumah dan pikiran berkecamuk diwarnai percikan-percikan drama kecil disana. Siapa yang perlu untuk menjual teman?

Di usiamu, kamu masih percaya bahwa sesuatu apapun yang ‘terlalu’ digantungi label rupiah selamanya tidak akan menjadi berkah. Keringat dan perasan pikiranmu tak lagi begitu berarti jika diiringi harapan rekening tabungan menggembung atau predikat ‘hebat’ yang disandangkan entah oleh siapa.

Jadi sekarang langkah selanjutnya adalah: menulis saja. Dengan kata ‘saja’ yang digarisbawahi dan dicetak tebal.

Meskipun tulisan-tulisanmu teronggok dalam blog yang pengunjungnya tak juga bertambah. Meskipun tak menjadi incaran penerbit besar ataupun menang dalam kompetisi dan ditepuktangani banyak orang. Sekali lagi dan tanpa suara hatimu merindukan diskusi kamu dan tulisanmu, ada dorongan cukup kuat untuk kembali di meja perbincangan itu.

Menulis saja. Ya?